AIR ASIA YANG DILAKNAT LANGIT
Dr. SUDARTO, M.Pd
Dosen Program Studi Pendidikan IPA Universitas Negeri Makassar
Andry S. Utama Putra
Program Studi Pendidikan IPA Universitas Negeri Makassar
Abstrak
Dalam operasi penerbangan ada tiga tingkat (fase) yang sangat penting dan
berhubungan dengan meteorology yaitu lepas landas (take off),
penerbangan, dan mendarat (landing). Dalam hal ini sejumlah unsur
meteorologi dapat berpengaruh terhadap kemampuan pesawat terbang pada saat-saat
kritis. Diantara unsur yang dapat menunjang kelancaran ketiga fase di atas
adalah suhu dan tekanan udara, dimana unsur cuaca tersebut harus dimengerti dan
diperhitungkan yang selanjutnya akan menentukan kerapatan udaranya dan
selanjutnya akan menentukan daya angkat pesawat terbang dengan kecepatan udara.
Dengan menggunakan rumus Asas Bernouli dapat ditemukan penyebab utama jatuhnya
pesawat akibat ketinggian yang melebihi batas sehingga menyebabkan kecepatan
udara yang rendah. Hasil penelitian ini dipandang perlu untuk mengetahui
mengenai pengaruh unsur cuaca dan faktor ketinggian.
Kata kunci: penerbangan, suhu, kecepatan udara.
PENDAHULUAN
Penerbangan secara keseluruhan selalu memperhatikan keselamatan
penerbangan, keteraturan dari penerbangan dan efisiensi atau kenyamanan
penerbangan. Tetapi pada kenyataannya hal-hal tersebut selalu menghadapi hambatan
atau gangguan baik secara teknis maupun secara meteorologi. Gangguan secara
meteorologi pengaruh dari unsur cuaca selalu mendapatkan perhatian yang khusus
bagi dunia penerbangan [1]. Hal ini terutama pada saat pesawat akan
mengudara (take off) maupun pada saat mendarat (landing). Karena
hal ini akan mempengaruhi gaya angkat dari pesawat itu sendiri. Tekanan
dan suhu disuatu tempat selalu berubah bersama dengan perubahan
waktu. Dengan mengetahui gangguan unsur cuaca pada saat pesawat akan mengudara
(take off) dan mendarat (landing), maka gangguan tersebut akan
dapat diantisipasi sehingga pesawat akan terhindar dari kecelakaan.
Suhu dan tekanan udara merupakan unsur cuaca yang vital bagi operasi
penerbangan. Kondisi suhu dan tekanan udara di suatu bandara sangat berpengaruh
terutama pada saat take off dan landing. Pengalaman
memberikan gambaran yang nyata bahwa kecelakaan pesawat sering terjadi
dikarenakan adanya gangguan dari unsur cuaca dan ketinggian yang melebihi
batas. Gangguan cuaca yang terjadi merupakan suatu hal yang alamiah dan tidak
dapat dielakan lagi.
KAJIAN TEORI
Unsur Cuaca dan Operasi
Penerbangan
Meteorologi adalah cabang ilmu yang mempelajari keadaan atmosfer dari suatu
tempat dan mempunyai hubungan erat serta merupakan faktor penunjang dalam
proses penerbangan. Klimatologi merupakan kajian ilmiah yang membahas tentang
penganalisaan unsur cuaca seperti temperatur, tekanan udara dan lain
sebagainya. Hal ini dilakukan untuk menentukan keadaan cuaca atau iklim suatu
daerah tertentu dan mamperhatikan keadaan cuaca yang akan datang.[2]
Suhu Udara
Temperatur adalah suatu ukuran untuk tingkat panas suatu benda. Suhu suatu
benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut untuk mentransfer
panas atau menerima panas, dari benda satu ke benda yang lain. Distribusi suhu
di dalam atmosfer sangat bergantung terutama pada keadaan radiasi matahari,
oleh sebab itu suhu udara selalu mengalami perubahan.
Temperatur udara permukaan bumi merupakan salah satu unsur penting yang
diamati oleh pengamat cuaca (Meteorological Station maupun Climatological
Station). Dalam meteorologi yang dimaksud dengan suhu udara permukaan
adalah suhu udara pada ketinggian 1.25 sampai dengan 2 meter dari permukaan
tanah. [5].
Tekanan menggambarkan gaya per satuan luas pada suatu ketinggian tertentu.
Dimana tekanan udara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan menentukan
kerapatan udara selain daripada suhu udara. Ketinggian kerapatan udara (density
height) adalah suatu ketinggian dalam atmosfer standar ICAO, dimana
kerapatan udaranya sesuai dengan kerapatan udara pada suatu tempat tertentu.
Pengertian ini sangat berguna dalam menentukan karakteristik daya kerja pesawat
terbang dan mesin-mesinnya serta panjang landasan yang digunakan untuk
mengudara [4].
Hubungan Pengamatan Unsur Cuaca
dan Penerbangan
Terdapat perbedaan yang penting antara pengamatan synoptik dengan
pengamatan untuk penerbangan. Pengamatan synoptik bertujuan untuk mendapatkan
data unsur meteorologi yang representatif untuk suatu daerah yang agak luas.
Sedangkan pengamatan untuk penerbangan bertujuan memperoleh data meteorologi
yang representatif di atas suatu daerah yang terbatas, khususnya diatas
lapangan terbang yang digunakan pada saat mengudara dan mendarat.
Oleh karena suhu udara mempengaruhi daya kerja pesawat terbang, maka dunia
penerbangan harus sangat berkepentingan akan suhu udara. Khususnya suhu udara
pada level-level di atas landasan. Karena sukarnya pengamatan suhu udara pada
tempat tersebut, maka biasanya digunakan data pengamatan dari Thermometer yang
diletakkan pada sangkar meteo. Dengan demikian maka pemilihan letak sangkar
meteo menjadi sangat penting untuk memperoleh hasil pengamatan suhu udara,
sedekat mungkin dengan syarat yang diharuskan dalam penerbangan. Selanjutnya
diadakan penilikan adanya perbedaan yang menyolok antara suhu dalam sangkar dan
suhu diatas landasan segera dapat diketahui.
METODOLOGI PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data rata-rata suhu udara
maksimum dan tekanan udara Stasiun Meteorologi H.A.S. Hananjoeddin Buluh
Tumbang Belitung dengan indikator WIOD yang terletak pada 02° 44' 42,00"
LS dan 107° 45' 11,01" BT dengan elevasi 164 meter. Data diambil secara
bulanan selama periode waktu 31 tahun (1980-2010).Metode pengolahan data yang
digunakan adalah pembuktian rumus Statistika yaitu Regresi Linier, dimana rumus
Regresi Linier dapat digunakan untuk memprediksi keadaan suhu dan tekanan udara
yang akan datang. Langkah-langkah yang akan diambil dalam metode ini ialah
dengan cara mengumpulkan dan menginventarisir data yang ada, yang telah dicatat
pada F Klim 71. F Klim 71 merupakan formulir yang di dalamnya dicatat data-data
klimatologi bulanan pada stasiun pengamatan yang bersangkutan. Setelah data
dikumpulkan dan diinventarisir dari F Klim 71 dapat diolah dengan
menggunakan rumus regresi linear [8] yaitu
Y = a + bX
untuk mengetahui garis trend (kecenderungan) tersebut harus diketahui
nilai a dan nilai b-nya yaitu:
a = Σ Y - b Σ X
N
b = N Σ XY - Σ X Σ Y
N Σ X2 - (Σ X)2
Dimana : = Trend (kecenderungan) suhu udara atau tekanan udara rata-rata bulanan
atau tahunan bulan atau tahun ke X
A= Nilai Trend periode awal yaitu pada saat X=0
b= Koefisien arah garis trend X= Tahun ke...
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pengolahan data dengan menggunakan Metode Statistika “Regresi Linear”
secara Trend agar dapat diketahui kecenderungan suhu dan tekanan udara setiap
tahunnya , dimana data asli (normal) rata-rata periode 1980-2010 dari data
temperatur udara maksimum dan tekanan udara diperhalus dengan merata-ratakan
kembali data bulanan tersebut menjadi ratarata tahunan. Hasil data yang telah
diolah dapat dilihat pada lampiran
kemudian data tersebut dibuat kedalam bentuk grafik selama 31 tahun (1980-2010)
di Bandara H.A.S. Hananjoeddin Buluh Tumbang Belitung didapatkan hasil sebagai
berikut:
1. Trend suhu udara maksimum
a. Dilihat dari grafik trend suhu udara selama 31
tahun (1980-2010) trend suhu udara cenderung naik sebesar 1,17ºC.
b. Suhu udara tertinggi dicapai pada tahun 1997 sebesar
31,97ºC.
c. Suhu udara terendah dicapai pada tahun 1988
sebesar 29,82ºC.
d. Deviasi suhu udara tertinggi dicapai pada tahun 2006
sebesar -2,55ºC.
2. Trend tekanan udara
a. Tekanan udara tertinggi dicapai pada tahun 1994 sebesar
1013,28 mb.
b. Tekanan udara terendah dicapai pada tahun 1984
sebesar 1009,28 mb.
c. Deviasi tekanan udara tertinggi dicapai pada tahun 1994
sebesar -2,48 mb.
Dari analisa diatas, menunjukkan bahwa secara umum kecenderungan atau
trend suhu udara turun dan tekanan udara naik setiap tahunnya dari tahun
1980-2010. Sedangkan pada grafik hasil perhitungan dapat diketahui bahwa
deviasi antara trend suhu udara dan tekanan udara dengan suhu dan tekanan udara
sebenarnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan sehingga metode regresi
linier ini dapat digunakan untuk membuat prakiraan [9].Dengan
adanya rumus trend tersebut maka penulis mencoba membuat prakiraan suhu udara
maksimum rata-rata dan tekanan udara rata-rata tahun 2011 mendatang dengan
menggunakan
Rumus:
1. Prakiraan suhu udara maksimum rata-rata Y = 30,22233 + 0,03905X
Untuk membuat prakiraan suhu udara maksimum rata-rata tahun 2011, X
menunjukkan tahun ke- 31 dari perhitungan tabel. Sehingga prakiraan suhu udara
maksimum didapat: Y = 30,22233 + 0,03905(31) = 30,22233 + 1,21055 = 31,43385 Y = 31,43
2. Prakiraan tekanan udara rata-rata Y = 1010,5800 -
0,01579X
Untuk membuat prakiraan tekanan udara rata-rata tahun 2011, X juga
menunjukkan tahun ke-31 dari perhitungan tabel. Sehingga prakiraan tekanan udara didapat: Y = 1010,5800 - 0,01579 (31) = 1010,5800 - 0,48949 = 1010,09051 Y = 1010,09 mb
Jadi, suhu udara maksimum rata-rata untuk tahun 2011 diprakirakan sekitar
31,43ºC dan trendnya cenderung naik, sedangkan tekanan udara rata-ratanya
diprakirakan sebesar 1010,09mb dan trendnya cenderung turun. Pada trend untuk
daerah Belitung pada Aerodrome H.A.S. Hananjoeddin Buluh
Tumbang memperlihatkan suatu gambaran taksiran temperatur udara rata-rata
berkisar antara 29ºC sampai 31ºC. Dengan kisaran suhu yang demikian
tersebut seorang pilot akan lebih menguasai suatu karakteristik lingkungan
terutama pada daerah disekitar Aerodrome. Sedangkan trend tekanan udara
memperlihatkan suatu harga yang berkisar antara 1010 mb - 1012 mb. Kisaran
tekanan udara yang demikian tersebut akan membantu terutama dalam hal daya
angkat pesawat. Jika misalkan tekanan udara pada suatu waktu dapat berubah dari
kisaran tersebut, maka kita sudah barang tentu akan mengantisipasi peran kerja
dari mesin pesawat terutama untuk lepas landas (take off) dan mendarat (landing ).
KESIMPULAN
Berdasarkan pada uraian pada bab-bab tersebut di atas, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Bagi dunia penerbangan pengaruh dari unsur seperti temperatur udara dan
tekanan udara sangat berperan terutama pada saat pesawat terbang akan lepas
landas (take off) maupun mendarat (landing). Selain
unsur-unsur cuaca tersebut penentuan density height (ketinggian kerapatan udara
di sekitar Aerodrome perlu mendapat perhatian, karena density height untuk
setiap temperatur dan tekanan udara berbeda-beda. Dan juga density height
sangat berperan sekali pada daya angkat mesin pesawat terbang pada ketinggian
tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Fadholi, A. 2012. Pola Angin Permukaan di Bandara Depati Amir
Pangkalpinang Periode Januari 2000 - Desember 2011. Jurnal
Statistika Universitas Islam Bandung. Vol. 12 No.
1.
[5] Fadholi, A. 2013. Pengaruh Suhu dan Tekanan
Udara Terhadap Operasi Penerbangan di Bandara Depati Amir Pangkalpinang. Buletin
Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II Ciputat. Vol. 3
No. 2.
[6] Utama, C. 2008. Pengaruh Suhu dan Tekanan
Udara Terhadap Daya Angkat Pesawat di Bandara
Hasanuddin Makassar . Skripsi Universitas Negeri Makassar.
Makassar.
[2] Soeharsono. 1994. Meteorologi
Penerbangan. Balai Diklat Meteorologi dan Geofisika. Jakarta
[4] Soepangkat. 1994. Pengantar
Meteorologi. Badan Diklat Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.
[7] Soeyitno dan Soeharsono. 1981. Meterologi
Penerbangan . Badan Diklat Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.
[8] Soejoeti, Z. 2008. Modul Metode
Statistik I (SATS4121). Universitas Terbuka. Jakarta
[9] Hernowo, B. 2002. Diktat
Statistika Dasar. Badan Diklat Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.